10 Contoh Kumpulan Puisi Bertema Tentang Guru

erwinpratama.com – Siapakah Guru itu sebenarnya? Dan apa yang dilakukan seorang guru? Tentu pertanyaan tersebut memiliki jawaban berbeda-beda pada setiap orang, tergantung dari orang tersebut menilai sosok seorang Guru itu seperti apa.

Menurut Erwin Pratama (admin www.puisi.biz.id) : Guru adalah cahaya dalam kegelapan. Mengajarkan cahaya ilmu untuk memberantas kebodohan yang gelap.

Menurut Wikipedia : Guru berasal dari bahasa Sansekerta, yang memiliki arti sebagai “berat”) Guru merupakan seorang pengajar suatu bidang ilmu.

Menurut KBBI : guru ialah orang yang pekerjaannya/mata pencahariannya/profesinya mengajar.

Menurut Efyei.com: guru ialah jendela dari dunia.

Karena Jasa seorang Guru yang begitu besar bagi kemajuan negeri. Maka setiap tanggal 25 November, diperingati sebagai Hari Guru nasional Indonesia. Dimana pada tanggal tersebut bertepatan dengan berdirinya PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia.

Guru adalah orang tua kedua Kita di sekolah. Jadi sudah sewajarnya jika Kita harus patuh dan menghormati Guru tersebut. Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, karena sosok seorang guru lebih mengutamakan untuk mengajar muridnya daripada mengejar uang semata. Rasa kasih sayang Guru kepada muridnya yang besar, membuat Kami (murid) merasa terharu. Rasa tersebutlah yang membuat Kami sebagai murid ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada guru dengan cara menulis puisi untuk Bapak/Ibu Guru.

kumpulan puisi guru

Kumpulan Puisi Guru

1. Puisi Guru Karya Erwin Pratama

GURU

Siapakah sosok yang terang benderang itu?
Sebuah sosok bayangan Yang begitu silau .
Dia membawa cahaya ilmu di tangan kanannya
Dia membawa budi pekerti di tangan kirinya

Kata terucap manis penuh makna ajaran
Gerak Gerik halus penuh panutan
Ruang kecil ini menjadi saksi bisu
Atas pengabdian jiwa ragamu yang tulus

Bukan emas permata yang Ia Minta
Melainkan calon pewaris bangsa masa depan
Dia memanggul tunas bangsa di pundaknya
Berjuanglah Wahai pahlawan tanpa tanda jasa.

Arti Puisi Guru Karya Erwin Pratama : Puisi guru ini mengandung 3 bait, dimana setiap baitnya memiliki 4 kalimat. Penulis (Erwin Pratama) sangat mengagumi sosok seorang guru. Guru adalah orang yang memberikan ajaran ilmu dan ajaran budi pekerti kepada muridnya. APa yang diucapkan guru adalah ilmu yang mengajarkan arti kehidupan dan bagaimana cara hidup yang baik di masyarakat. Perbuatan seorang guru adalah panutan yang bisa dicontoh pada kehidupan sehari-hari. Ruang kelas adalah sebuah saksi dimana guru mengajar muridnya dengan penuh ikhlas dan kesabaran. Guru yang sebenarnya adalah sosok yang lebih mementingkan mengajar muridnya daripada uang semata. Nasib Generasi muda penerus bangsa adalah beban seorang guru. Teruslah perjuanganmu sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

2. Puisi Pena Sang Guru Karya Mesdiana, S. PD

Pena Sang Guru
Pena guruku
Tak pernah bosan menari-nari di diriku
Menuliskan banyak warna di jiwaku
Coretan lembut, hangat menyentuh kalbuku

Pena guruku hebat
Karena penanya aku tak telat
Tugas-tugasku tak lambat
Walau panas matahari menyengat hingga hujan lebat

Pena guruku sangat mengagumkan
Aku pun terbuai angan
Dunia akan kuguncangkan
Menuju sebuah pencapaian

Kuingin penaku seperti miliknya
Menggoreskan, melukiskan dan mewarnai anak bangsa
Hasil penamu tak kunjung penuh makna
Kaulah sang penaku yang berjuang sepenuh jiwa

Arti Puisi Pena Sang Guru Karya Mesdiana, S. PD : Puisi guru ini memiliki 4 bait, dimana setiap baitnya mempunyai 4 kalimat. Kata “Pena” disini bermakna “ajaran” atau bisa juga “nasehat”. Nasehat guruku selalu membekas di pikiran penulis (Mesdiana, S. PD). Nasehat Guru telah memberinya pengalaman dan tuntunan hidup. Menurut penulis, nasehat gurunya hebat, karena membuat penulis tak pernah terlambat mengerjakan tugasnya, walaupun situasi berat dan sulit. Nasehat guruku mengagumkan, karena hal itu membuat penulis dapat menentukan tujuan dan pencapaian hidupnya. Penulis kemudian berharap ingin seperti Gurunya. Dimana nasehatnya ingin berguna bagi generasi muda.

3. Puisi Terima Kasih Guru Karya Chairil Anwar

Terima Kasih Guru

Terima kasih, guru
Untuk teladan yang telah kau berikan
Aku selalu mempertimbangkan semua yang kau ajarkan
Dan merefleksikan itu semua pada karakter pribadiku

Aku mau menjadi sepertimu
Pintar, menarik, dan gemesin
Positif, percaya diri, protektif

Aku mau menjadi sepertimu
Berpengetahuan, pemahaman yang dalam
Berpikir dengan hati dan juga kepala
Memberikan kami yang terbaik
Dengan sensitif dan penuh perhatian

Aku mau menjadi sepertimu
Memberikan waktumu, energi, dan bakatmu
Untuk meyakinkan masa depan yang cerah
Pada kita semua

Terima kasih, guru
Kau telah membimbing kami
Aku mau menjadi sepertimu

Arti Puisi Terima Kasih Guru Karya Chairil Anwar : Penyair (Chairil Anwar) mengucapkan terima kasih kepada gurunya, karena ajarannya yang telah mengubah kepribadiannya. Penyair ingin menjadi sosok seorang guru, yang berwawasan luas, berfikir jernih dalam bertindak, dan Memberikan ilmu dengan perhatian yang lembut. Penyair ingin seperti guru, dimana waktu, energi, dan bakat, digunakan untuk mengajarkan murid-murid agar masa depan Mereka cerah.

4. Puisi Pesan untuk Guruku Kayra Lisa Ardhian Widhia Sari

PESAN UNTUK GURUKU

Dalam lirih keluh di bibirku
Aku benar tak maksud membencimu, wahai guruku
Ego kami masih bangkitkan ragu
Kesal dan bosan terus menipu, hati ini larut membisu

Di relung terdalam, aku juga pernah sadar
Kelabunya di mataku, kau tetaplah pengajar
Mengalirkan bakti tanpa ingkar
Demi negeri agar tidak buyar

Arti Puisi Pesan Untuk Guruku Karya Lisa Ardhian Widhia Sari : Puisi guru diatas terdiri dari 2 bait, dimana setiap bait terdiri dari 4 kalimat.
Penulis (Lisa Ardhian Widhia Sari) sebenarnya tidak bermaksud untuk membenci guru, namun karena EGO yang dimiliki, Akhirnya penulis merasa kesal dan merasa bosan, namun tidak berani diucapkan kepada Gurunya tersebut.
Di dalam hati, Penulis sadar, walaupun dimatanya guru itu buka orang yang disukainya, namun Guru tersebut tetaplah mengajar. Memberikan ilmu ajaran dengan tulus dan jujur, demi mendidik generasi penerus supaya negeri ini tidak hancur.

5. Puisi Kapur dan Papan Hitam Saksi Hidupmu

KAPUR DAN PAPAN HITAM SAKSI HIDUPMU

Masihkah engkau ingat

Dengan goresan kapur yang kau ukir di papan hitam itu

Tangan putih penuh debu kapur

Aroma kapur yang sudah menjadi sahabat

Ya, kau bergulat dengan semua itu setiap hari

Mengajarkan kami mulai dari a hingga kami bisa membaca

Mengajarkan kami angka 1 hingga kami mampu berhitung

Menjelaskan banyak hal tentang dunia

Mengukir kebahagiaan angan dan cita

Semua itu kau lakukan dengan tulus tanpa balasan

Bahkan, kau tidak pernah meminta sepeser pun dari kami

Hanya melihat anak-anakmu ini bahagia dan menggapai cita

Kerja kerasmu akan terasa hingga ke sanubari

Terima kasih guruku

Tanpamu, mungkin aku yang seperti ini tidak akan pernah lahir

Arti Puisi Kapur dan Papan Hitam Saksi Hidupmu : Sang penulis mengingat kembali apa yang dialaminya semasa sekolah. Dan seolah-olah mengajukan pertanyaan pada sosok guru. Guru yang setiap hari menulis kan ilmu ajaran dipapan tulis hitam, dengan memakai kapur putih. Debu kapur membuat tangan sang guru menjadi berwarna putih, dan bau kapur sudah menjadi hal yang biasa. Guru mengajarkan pelajaran tentang huruf, dari huruf “A” sampai huruf “Z”, sehingg murid bisa membaca. Guru mengajarkan pelajaran tentang angka, dari angka “1” sampai tak terhitung, sehingga murid bisa menghitung. Guru menjelaskan tentang dunia, menginspirasi murid dengan cita-cita, dan itupun Beliau (Guru) tidak meminta balasan. Yang ingin dilihat dari seorang guru, adalah melihat muridnya bagagia mencapai cita-citanya. Terima kasih guruku, tanpamu Aku tidak akan menjadi orang yang berguna seperti sekarang ini.

6. Puisi Sang Pengabsi Karya Zaniza

SANG PENGABDI

Setiap pagi kau susuri jalan berdebu
Berpacu waktu demi waktu
Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
Tak hirau dingin memagut
Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
Wajah-wajah lugu haus kan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menunggu
Untaian kata demi kata terucap seribu makna
Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa

Ruang persegi jadi saksi bisu pengabdianmu
Menyaksikan tingkah polah sang penerus
Canda tawa penghangat suasana
Hening sepi berkutat dengan soal
Lengking suara kala adu argumen

Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Entah berapa tinta tergores di papan putih
Entah berapa lisan terucap sarat makna
Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
Entah berapa ajaran budi kau tanamkan

Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
Berserah diri mengharap kasih ilahi
Ilmu kau beri harap kan berarti
Satu persatu sang penerus silih berganti
Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
Kau tetap di sini setia mengabdi
Sampai masa kan berakhir nanti

Arti Puisi Sang Pengabdi Karya Zaniza : Di pagi hari yang dingin, guru mengejar waktu untuk berangkat kesekolah melewati jalan berdebu dan menghiraukan asap kendaraan. Murid murid menunggu kehadiran Guru dan menunggu pelajaran dimulai yang bermanfaat. Suasana hangan antar guru dan murid, suasana diam saat ujian, suasana adu argumen guru dan murid, semua terjadi di ruang kelas. Didalam ruang kelas, tak terhitung berapa banyak tulisan di papan, tak terhitung ucapan guru yang bermanfaat, tak terhitung guru mengoreksi jawan murid, tak terhitung budi pekerti yang diajarkan. Waktunya hanya digunakan untuk mengabdi sebagai guru. Ikhlas mengharap pahala dari Tuhan.
Berharap ilmu yang diberikan akan berguna di masa depan. Murid-murid baru terus datang dan pergi, menjadi generasi muda negeri. Tapi Sang GUru tetap mengajar, sampai akhir hidupnya.

7. Puisi Lilin Kegelapan Karya Dila Basyarahil

Lilin Kegelapan
Titik air menitik
Berbaris jarum jam berdetik
Tak henti dalam putaran waktu
Menembus masuk roda itu
Menjadi pilar
generasi penerus
Bermuara menjelma sebagai arus
Berbaris di tengah tangisan pertiwi
Tak buat henti langkahkan kaki
Ku akan jadi lilin di tengah kegelapan
Wahai sang guruku
Tuntunlah aku menjadi aku
Jasamu tak tampak mata
Berwujud dalam hati
Titik air menitik
Ilmu mu kan ku petik
Bukan buat negara munafik

Arti Puisi Puisi Lilin Kegelapan Karya Dila Basyarahil : Penulis merasa sedih dan menangis. Waktu demi waktu telah berlalu, seroang guru tetap mengajar demi murid-muridnya. Seorang guru bagaikan cahaya dalam kegelapan, memberantas kebodohan dengan ilmu. Wahai guruku, tuntunlah AKu menjadi AKu yang lebih baik. Walau ketulusan jasamu dalam mengajar kadang tak terlihat, namun Kau mengajar dengan hati yang tulus. Ilmu dari guru akan Aku ambil, bukan untuk negeri pembohong ini, melainkan untuk diriku sendiri.

8. Puisi Penghantar Mimpi Karya Sakti Ramadhan

PENGHANTAR MIMPI

Aku hanya seorang pemuda
Yang berlari dan berkelana
Yang menelusuri indahnya dunia
Tanpa tau yang mana penuh tipu daya

Aku hanya seorang pemuda
Yang memiliki bongkahan Cita-cita
Yang ingin kugapai dengan berbagai cara..
Meski kemalasan sering merajalela

Aku hanya seorang pemuda
Yang tertempel Cita-Cita dan harapan
Yang terbalut berbagai angan-angan
Demi menggapai masa depan

Aku tak Tau harus cari dimana
Dan Kau pun datang membimbing cerita
Kau arahkan kemana ku harus berkelana..
Menuju masa depan yang gembira

Kau lah si pengarah jiwa,Penghantar mimpi !

Arti Puisi Penghantar Mimpi Karya Sakti Ramadhan : Aku hanyalah seorang pemuday yang hidup di dunia tanpa tahu mana yang benar dan salah. Aku hanya pemuda yang ingin menggapa cita-cita meski terkadang muncul rasa malas. Aku tidak tahu bagaimana cara menggapai cita-citaku, Namun Kau (guru) membimbingku bagaimana cara meraih cita-citaku menuju masa depan yang cerah.

9. Puisi Air Mata Untuk Guru Karya Dhiya Gustita Aqila

AIR MATA UNTUK GURU

Kembali hilang bagian penting hidupku…
Terlalu cepat waktu mengambil dirimu…
Waktu tak mengerti apa perasaanku…
Air mata kembali bersamaku…

Melepasmu bagai dagingku telah hancur…
Hatiku layu tidak kembali mekar…
Ku tak bisa menjadi seorang anak pintar…
Tanpa dirimu itu akan sukar…

Air mata ini untukmu…
Kau dapat dengar tangisannya selalu…
Suaranya kan bergema di tiap celah hatimu…
Kan mengisi kekosongan rumahmu..

Andai kita tak berpisah…
Detikku takkan resah…
Melihatmu telah jauh…
Hatiku semakin rapuh…

Arti Puisi Air Mata Untuk Guru Karya Dhiya Gustita Aqila : Penulis (Dhiya Gustita Aqila) merasa kehilangan dalam hidupnya. Penulis menangis karena gurunya telah meninggal. Kehilangan sosok seorang guru, membuat hatiku sakit.
Aku tidak bisa menjadi pintar tanpa seorang guru. Air mata tangisan ini untuk guruku, semoga tangisan ini terdengar sampai di kuburanmu. Andai Kita tak berpisah, hidupku takkan resah, melihatmu telah meninggal, membuat hatiku sakit.

10. Puisi Guruku Yang Hebat Karya Moh Adhuri Ali Syaban

GURUKU YANG HEBAT
Guruku Yang Hebat
“Bagaimana tidak hebat
rutinitas pagi harus serba hemat
bangun tepat
mandi cepat
sarapan kalo sempat

guruku hebat
jam 05.00 sudah wangi
menjemput sang pelangi
mengantarkannya meraih mimpi
demi ibu pertiwi

guruku hebat
bertahun tahun menahan diri
dari keinginan hati
dari nafsu yang menghampiri
walau kadang makan hati

guruku hebat
bagimana tidak hebat
tiap hari menopang martabat
walau kadang tak bersahabat
namun tetap kuat

guruku tetap hebat…
dalam kekurangan tetap bertahan
dalam kesederhanaan tetap diam
dalam kesuksesan tetap sopan
dalam kemakmuran tetap tenang

guruku memang hebat
meski bukan konglomerat
namun tak melarat
meski bukan bangsawan
namun tetap menawan

guruku hebat
mendidik anak negeri sepenuh hati
mengajarkan budi pekerti
agar menjadi insan yang bernurani
tanpa harus menyakiti

guruku tetap yang hebat
gaji kecil tak sakit hati
gaji cukup tak sombong diri
meski banyak yang sakit hati
karna guru dapat sertifikasi

guruku memang hebat
karena sertifikasi dituntut kompetensi
kalau tak mau diamputasi
oleh penguasa negeri
yang “katanya” baik hati

guruku memang hebat
meski mutasi dan gandanya kompetensi mengancam diri
tak menjadikannya patah hati
mengabdikan diri untuk negeri
sambil menunggu panggilan Surgawi.”

Arti Puisi Guruku Yang Hebat Karya Moh Adhuri Ali Syaban :
Guruku yang hebat,
waktu pagi yang mepet masih sempat melakukan rutinitas cepat.
Jam 5 pagi sudah pergi berangkat ke sekolah.
Bertahun-tahun menahan diri untuk ambisinya sendiri demi mengajar muridnya.
Pribadinya yang penuh martabat, kuat, namun kadang tidak bersahabat dengan muridnya.
Walau hidup kekurangan tetap diam bertahan, walau hidup sukses dan makmur tetap sopan & tenang.
Walau bukan pejabat, tapi tidak miskin. Walau bukan bangsawan, tapi tetap indah penampilannya.
Mengajarkan muridnya dengan tulus tanpa harus memukuli muridnya.
Gaji kecil atau cukup tetap diterima ikhlas.
Kalau dapat sertifikasi guru, tuntutan kompetensi mengajar harus tinggi atau akan di pecat oleh pemerintah.
Walau beban mutasi dan tuntutan kompentensi, guru tetap mengajar untuk negeri sampai mati.

Tinggalkan komentar