erwinpratama.com – Apakah Kamu mengenal Chairil Anwar? Jika Kamu suka baca puisi, pastilah Kamu mengenal sosok Chairil Anwar. Chairil Anwar merupakan salah satu sosok penyair legendaris yang dimiliki oleh Indonesia. Nama Chairil Anwar pun sering disebut dalam mata pelajaran di sekolah. Karya puisi Chairil Anwar dinilai sangat bagus, jadi tak heran jika Beliau termasuk kedalam Penyair terbaik di indonesia. Bahkan tanggal wafatnya Chairil Anwar, 28 April, dijadikan sebagai Hari Puisi Nasional indonesia.
Biodata Chairil Anwar
Chairil Anwar lahir di Kota Medan, Sumatra Utara, pada tanggal 26 Juli 1922. Chairil Anwar adalah anak tunggal satu-satunya dari pasangan suami istri Toeloes dan Saleha. Chairil Anwar pernah sekolah di HIS (Hollandsch-Inlandsche School), sekolah dasar yang diperuntukkan untuk orang-orang pribumi Indonesia yang ada pada zaman penjajahan Belanda. Lalu meneruskan untuk mengenyam pendidikan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Walaupun sudah tidak sekolah, Chairil Anwar membaca karya-karya dari para penulis ternama internasional, contoh : W.H. Auden, Rainer Maria Rilke, Hendrik Marsman, Archibald MacLeish, Edgar du Perron, J. Slaurhoff. Pengarang-pengarang tersebutlah yang menginspirasi karya-karya Chairil Anwar, sekaligus mempengaruhi tatanan kesusasteraan di Indonesia. Pada saat usianya 20 tahun, Nama Chairil Anwar mulai dikenal dunia pada tahun 1942 dengan karya puisinya yang berjudul “Nisan”. Pada masa pendudukan jepang, Puisi Chairil Anwar hanya beredar diatas kertas murah, dan tidak diterbitkan sampai tahun 1945, ini karena mungkin penjajah saat itu takut dengan puisi tentang kemerdekaan milik Chairil Anwar. Pada 6 Agustus 1946, Chairil Anwar menikah dengan Hapsah Wiraredja dan dikaruniai seorang putri yang diberi nama Evawani Alissa, namun pernikahan itu harus berakhir pada tahun 1948. Pada umur ke 26, tubuh Chairil Anwar sudah terserang sejumlah penyakit. Akhirnya pada tanggal 28 April 1949, Chairil Anwar yang berusia 26 tahunm meninggal dunia di Rumah Sakit CBZ (sekarang menjadi Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), di Jakarta. Dugaan kuat bahwa CHairil Anwar terkena penyakit paru-paru TBC, dan merambat ke bagian ususnya. Semasa hidupnyanya, Chairil Anwar sudah membuahkan 94 karya, termasuk diantaranya 70 puisi.
Berikut Erwin Pratama sudah menseleksi deretan puisi-puisi Chairil Anwar terbagus dan melegenda sepanjang masa.
Kumpulan Puisi Chairil Anwar
1. Puisi Karya Chairil Anwar – Aku
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kauTak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlari
Berlari
hingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Arti Puisi Aku Karya Chairil Anwar : Puisi berjudul Aku dirilis pada bulan Maret 1943 pada zaman penjajahan. Kata “Aku” disini menggambarkan sosok seorang penulis (Chairil Anwar). Walaupun saatnya tiba (kematian), Chairil Anwar tidak ingin terpengaruh oleh tipu daya penjajah. Tak perlu sedih tentang Diriku, Chairil Anwar hanyalah manusia biasa dari golongan bawah. Walaupun tembakan dari penjajah mengenai tubuh Chairil Anwar, Dia akan terus berjuang. Chairil Anwar walaupun terluka, akan terus maju, sampai akhirnya rasa sakit tersebut hilang. Chairil Anwar tidak peduli apa yang akan terjadi, Dia hanya ingin terbebas dari penjajahan yang membelenggunya.
2. Puisi Diponegoro Karya Chairil Anwar
Diponegoro
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembaliDan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.Sekali berarti
Sudah itu mati.MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindasSesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.Maju.
Serbu.
Serang.
terjang
Arti Puisi Diponegoro : Puisi dengan judul Diponegoro ini memang dikhususkan untuk pahlawan Diponegoro. Pangeran Diponegoro maju paling depan dalam barisan peperangan, memimpin prajurit-prajurit yang ada dibelakangny. Walaupun jumlah musuh jauh lebih banyak, Namun Pahlawan Diponegoro tak gentar dan tak takut. Pangeran Diponegoro hanya membawa pedang dan keris untuk berperang melawan penjajah. Semangat Pangeran Diponegoro tak akan padam melawan penjajah. Maju terus untuk berperang negeri negeri tercinta. Lebih baik mati sebagai pejuang, daripada mati sebagai budak penjajah.
3. Puisi Doa Karya Chairil Anwar
Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamuBiar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruhcayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyiTuhanku
aku hilang bentuk
remukTuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Arti Puisi Doa Karya Chairil Anwar : Dalam puisi Doa ini, Sang penulis (Chairil Anwar) masih mengingat Tuhan. Dan tetap menyebut nama Tuhan dalam doanya atau ibadahnya. Dalam keadaan susah, harus terus secara penuh mengingat Tuhan. Tuhan adalah cahaya yang menerangi dalam kegelapan. Kita hidup di dunia ini diibaratkan mengembara di negeri asing, dan Kita akan suatu saat akan berpulang ke hadapan Tuhan.
4. Puisi Kerawang-bekasi Karya Chairil Anwar
KRAWANG-BEKASIKami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
Tidak bisa teriak ‘Merdeka’ dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan,
atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata.
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenang lah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenang lah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Arti Puisi Kerawang-Bekasi Karya Chairil Anwar : Secara keseluruhan puisi ini bercerita tentang para pahlawan yang mati dan terkubur yang mana makamnya adalah daerah Kerawang sampai Bekasi. Kata “Kami” di puisi tersebut adalah “pahlawan yang telah gugur”. Sedangakan Kata “Kau” adalah pembaca atau generasi penerus.
Kami (para pahlawan yang gugur) sudah meninggal dan terbaring di makam. Mereka yang telah gugur tak bisa ikut berperang kembali. kenanglah dan ingatlah para pahlawan yang mati muda tersebut. Sekarang pahlawan yang gugur berharap kepada generasi penerus untuk melanjutkan kemerdekaan. Teruskan semangat Kami (pahlawan). Para pahlawan yang telah gugur ingin generasi selanjutnya untuk meLindungi Bung karno, Hatta, Sjahrir. Berjuanglah sampai Indonesia merdeka, supaya Kami (pahlawan yang gugur) tenang di alam kubur.
5. Puisi Senja Di Pelabuhan kecil karya Chairil Anwar
Senja Di Pelabuhan kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali
Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam
Ada juga kelepak elang menyinggung muram
Desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan
Tidak bergerak dan kini tanah air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendirian.
Berjalan menyisir semenanjung
Masih pengap harap
Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap
Arti Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar : Sang penulis (Chairil Anwar) merasa sedih dan kesepian karena ditinggal orang yang dicintainya. Penulis merasa kehilangan jati dirinya atau fungsi Dirinya karena ditinggal kekasih. Sang penulis kemudian merelakan kepergian kekasihnya dan mengucapkan selamat jalan. Pantai Keempat, bisa juga memiliki arti sebagai orang keempat yang dicintainya.
6. Puisi Derai-Derai Cemara Karya Chairil Anwar
DERAI-DERAI CEMARA
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan ditingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
Puisi Arti Derai-Derai Cemara : Pohon cemara disini diibaratkan sebagai Keadaan penulis (Chairil Anwar). Daun pohon cemara yang mulai berguguran. Penulis merasakan bahwa Dirinya akan gugur atau segera meninggal karena keadaan fisik yang rapuh dan melemah. Sang penulis sadar jika dirinya bukan anak-anak lagi, dan sudah dewasa. Hidup hanya menunda kematian, walaupun Kita berjuang untuk terus hidup, namun pada akhirnya Kita akan mati juga. Puisi ini sebenarnya dirilis pada tahun 1949, sebuah tahun dimana Chairil Anwar meninggal, yang dipercaya karena penyakit TBC.
7. Puisi Tak Sepadan Karya Chairil Anwar
Tak Sepadan
Aku kira
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahgia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros[1].Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka.
Arti Puisi Tak Sepadan karya Chairil Anwar : Kata “Aku” disini menggambarkan sang penulis “Chairil Anwar”. Penulis sudah tahu apa yang akan terjadi. Bahwa wanita yang dicintai penulis, akan segera menikah, beranak, dan bahagia, dengan orang lain. Sedangkan Penulis merasa bingung tak tahu harus kemana. Penulis menghadapi masalah buntu, yang tak ada jalan keluarnya. Karena alasan itulah, Penulis dan wanita yang dicintainya memilih untuk putus hubungan. Penulis merasa bahwa wanita itu tidak akan apa-apa, namun Aku (Chairil Anwar) merasa sakit baik jiwa dan raganya.
8. Puisi Di Mesjid Karya Chairil Anwar
Di Mesjid
Kuseru saja Dia
Sehingga datang jugaKami pun bermuka-muka.
Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada.
Segala daya memadamkannyaBersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda.
Ini ruang
Gelanggang kami berperangBinasa-membinasa
Satu menista lain gila.
Puisi Mesjid Karya Chairil Anwar : Kata “Aku” disini adalah penulis (Chairil Anwar”. Kata “Dia” atau “Ia” adalah “Tuhan”. Kupanggil/kusebut Tuhan (Allahu Akbar), maka penulis merasakan kehadiran Tuhan. Sang penulis merasa jika Dirinya dilihat oleh Tuhan. Kekuatan suci dari Tuhan menerangi Diri penulis. Segala EGO penulis tidak bisa memadamkan cahaya ilahi. Kemudian “EGO” penulis bertarung dengan rasa ibadahnya kepada Tuhan. Jika “EGO” menang, berarti Dia menjadi Gila dunia. Dalam sholat, pasti dari kita masih ada yang memikirkan dunia, meninggikan EGO nya kepada dunia, namun itu harus dilawan, karena ibadah kepada Tuhan haruslah Khusuk atau khidmat
8. Puisi Yang Terampas dan yang Putus Karya Chairil Anwar
Yang Terampas dan yang Putus
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu.di Karet, di Karet (daerahku y.a.d.) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi hanya tangan yang bergerak lantang.tubuhku diam sendiri, cerita dan peristiwa berlaku beku.
Arti Puisi Yang Terempas Dan Yang Putus Karya Chairil Anwar : Penulis puisi (Chairil Anwar merasa ajalnya semakin dekat. Penulis bersiap-siap di sebuah kamar untuk menyambut malaikat maut jika datang menghampirinya. Penulis ingin hidup dan membuat kisah kehidupan, namun hanya tangan yang bisa digerakkan. Tubuh penulis mulai diam beku (tak bisa digerakkan), dan waktu hidup akan membeku (cerita kehidupan Chairil Anwar akan berhenti).
9. puisi Sia-Sia karya Chairil Anwar
Sia-Sia
Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan Suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu.
Lalu kita sama termanggu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita kedua tak mengerti
Sehari kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
Arti Puisi Sia-Sia Karya Chairil Anwar : penulis (Chairil Anwar) datang membawa karangan bunga merah putih kepada kuburan orang lain (kemungkinan teman seperjuangannya). Walaupun terlihat bersama, namun sebenarnya Mereka berdua dipisahkan oleh 2 dunia (dunia kehidupan dan dunia kematian). Penulis merasa sedih dan memaki dirinya sendiri karena ditinggal sendirian oleh orang yang meninggal tersebut.
10. Puisi Ibu Karya Chairil Anwar
Ibu
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandaiIbu…
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemahIbu…
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu…Ibu…
Aku sayang padamu…
Tuhanku….
Aku bermohon pada-Mu
Sejahterahkanlah dia
Selamanya…
Arti Puisi Ibu Karya Chairil Anwar : Puisi ini bercerita tentang kebaikan seoarang ibu. Apapun yang dilakukan oleh Chairil Anwar, Ibunya tetap membalas dengan kebaikan dan kasih sayang. kemudian Chairil Anwar memohon kepada Tuhan supaya Ibunya diberi kesejahteraan dan kesehatan selamanya.