erwinpratama.com – Nama “Taufiq Ismail” sering kali mengisi di buku pelajaran sekolah, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Ini tak mengejutkan, mengingat beliau adalah salah satu penyair legendaris di republik Indonesia. Puisi-puisi Taufiq Ismail kebanyakan berisi tentang kritikan terhadap era orde baru, namun beliau juga menulis puisi tentang agama dan kecintaan terhada alam bumi pertiwi.
Biodata Taufiq Ismail
Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatra Barat, Indonesia.
Taufiq Ismail lahir dari pasangan suami istri A. Gaffar Ismail (Ayah) dan Siti Nur Muhammad Nur (Ibu).
Taufiq Ismail sekolah SD di Kota SOlo, Semarang, dan Yogyakarta. Lalu Sekolah SMP di Bukit Tinggi, sumatra Barat. Kemudian sekolah SMA di Pekalongan, Jawa Tengah. Terakhir Beliau melanjutkan kuliah di FKHP-UI Bogor (Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia) pada tahun 1963.
Taufiq Ismail tumbuh besar dalam ruang lingkup keluarga guru dan wartawan yang pada umumuny suka membaca.
Sebenarnya Taufiq Ismail memiliki cita-cita untuk menjadi sastrawan semenjak Dirinya berada di sekolah SMA.
Sebagai Sastrawan, Taufiq Ismail sering tampil membaca puisi di muka umum. Bukan hanya di dalam negeri, Taufiq Ismail juha membaca puisi di berbagai event sastra dan festival sastra di luar negeri, yang meliputi: 24 Kota di Asia, Australia, Eropa, Mareka, bahkan Afrika.
Menurut Taufiq Ismail, Puisi akan mendapatkan tubuh/badan yang LENGKAP jika setelah ditulis, lalu dibaca di depan banyak orang.
Penghargaan Yang Diperoleh Taufiq Ismail
- Mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah (1970),
- Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977),
- South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994),
- Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994).
- Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971-1972 dan 1991-1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993).
- Tahun 2003, Taufiq Ismail mendapat penghargaan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Pada tahun 2016, Taufiq Ismail pernah menghebohkan seluruh Indonesia karena kontoversi yang dilakukannya, dengan menyebut bahwa lagu nasional kebangsaan Indonesia yang berjudul “Bagimu negeri” ciptaan Kusbini, dinilai SESAT oleh Taufiq Ismail. Berikut Puisi Taufiq Ismail terbaik menurut Erwin Pratama.
Kumpulan Puisi Karya Taufiq Ismail
1. Puisi Dengan Puisi Aku Karya Taufik Ismail (1966)
DENGAN PUISI AKU
–
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercerita
Berbaur cakrawala
–
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
–
Dengan puisi aku mengutuk
Napas jaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
Arti Dengan Puisi Karya Taufiq Ismail : Sebagai seorang penyair, Taufiq Ismail mencurahkan seluruh hidupnya untuk puisi. Puisi ini bertema tentang keburukan jaman atau bisa juga tentang negeri yang membusuk. Lewat puisi, sekiranya Taufiq Ismail berdoa agar zaman yang buruk ini berubah menjadi lebih baik.
2. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Karya Taufiq Ismail (1966)
KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI
–
Tidak ada pilihan lain.
Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain
–
Kita harus berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu,
Yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet
dan bus yang penuh
–
Kita adalah berpuluh juta
yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain.
Kita harus
Berjalan terus.
Arti Puisi Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Karya Taufiq Ismail : Puisi ini dibuat di tahun 1966, yang merukan tahun pertama zaman orde baru. Tidak ada pilihan lain, negara ini harus tetap maju. Menengok kebelang, bangsa ini pernah dijajah oleh negara lain. Tentuk Kita tidak ingin bangsa Indonesia ini dijajah kembali oleh negara lain. Kita rakyat indonesia telah merasakan penderitaan yang berkepanjangan. Apakah Indonesia benar-benar sudah merdeka? Para pemimpin mempunya kepentingan tersendiri. Dimana rakyat tidak bisa dengan bebas menyuarakan pendapatnya. Tapi tak ada pilihan lain, negara ini harus tetap maju.
3. Doa Karya Taufiq Ismail (1966)
DOA
–
Tuhan kami,
Telah nista kami dalam dosa bersama,
Bertahun membangun kultus ini,
Dalam pikiran yang ganda…
–
Dan menutupi hati nurani,
Ampunilah kami,
Ampunilah,
Amin…
–
Tuhan kami,
Telah terlalu mudah kami,
Menggunakan asmaMu,
Bertahun di negeri ini,
Semoga…
–
Kau rela menerima kembali,
Kami dalam barisanMu,
Ampunilah kami,
Ampunilah,
Amin…
Arti Puisi Doa Karya Taufiq Ismail : Memohon ampunan kepada Tuhan karena telah melakukan banyak dosa. Atau bisa juga memiliki arti lain, seperti : Telah berdosa Kami karena menjalankan perintah agama dengan pikiran ganda atau dengan maksud lain. Menggunakan Nama Tuhan sebagai aksi berpolitik dalam negeri. Menjual agama dengan politik.
4.Takut 66, Takut 98 Karya Taufiq Ismail (1998)
TAKUT 66, TAKUT 98
–
Mahasiswa takut pada dosen,
Dosen takut pada dekan,
Dekan takut pada rektor,
Rektor takut pada menteri,
Menteri takut pada presiden,
Presiden takut pada mahasiswa,
takut “66, takut “98…
Arti Puisi Takut 66, Takut (8 Karya Taufiq Ismail : Puisi ini dirilis pada tahun 1998, dimana terjadi demo besar di Indonesia pada tahun tersebut. Puisi ini menggambarkan bahwa bawahan yang takut pada atasan. Pangkat/jabatan rendah pasti akan kalah dengan pangkat/jabatan yan lebih tinggi. Namun di puisi ini digambar kan bahwa Presiden (Soeharto) takut kepada Mahasiswa (yang melakukan demo). Angka 66 adalah tahun 1966, dimana orde baru dimulai, yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. lalu 98 adalah tahun 1998, dimana orde baru berakhir, saat Presiden Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden.
5. Dari Catatan Seorang Demonstran Karya Taufiq Ismail (1993)
DARI CATATAN SEORANG DEMONSTRAN
–
Inilah peperangan,
Tanpa jenderal, tanpa senapan,
Pada hari-hari yang mendung,
Bahkan tanpa harapan…
–
Di sinilah keberanian diuji,
Kebenaran dicoba dihancurkan,
Pada hari-hari berkabung,
Di depan menghadang ribuan lawan…
Arti Puisi Dari Catatan Seorang Demonstran Karya Taufiq Ismail : Perang ini tidak melibatkan jenderal dan tidak melibatkan senjata. Ini adalah perang demonstran melawan penguasa rezim diktator. Hari yang suram, dan tanpa harapan, di hati rakyat dan di hati para demonstran. Keberanian para demonstran diuji untuk melawan rezim. Karena kebenaran telah dihancurkan oleh penguasa dzalim. Para demonstran siap mengorbankan nyawa. Didepan sudah terlihat banyak sekali lawan (pasukan keamanan) yang menghadang (aspirasi demonstran). Puisi ini dibuat pada tahun 1993, tahun dimana Pelantikan Soeharto dan Try Sutrisno sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
6. Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Karya Taudiq Ismail (1965)
NASEHAT_NASEHAT KECIL ORANG TUA PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA
–
Jika adalah yang harus kaulakukan,
Ialah menyampaikan kebenaran,
–
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan,
Ialah yang bernama keyakinan…
–
Jika adalah yang harus kau tumbangkan,
Ialah segala pohon-pohon kezaliman,
–
Jika adalah orang yang harus kau agungkan,
Ialah hanya Rasul Tuhan…
–
Jika adalah kesempatan memilih mati,
Ialah syahid di jalan Ilahi…
Arti Puisi Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Karya Taudiq Ismail : Puisi ini secara umum mengisahkan nasehat-nasehat yang berguna dari Orang tua kepada anaknya yang beranjak dewasa. Jika ada yang harus dilakukan, adalah menyampaikan kebenaran. Jika ada yang tidak bisa dijual belikan, itu adalah keyakinan (agama) dan prinsip hidup. Jika ada yang harus dihancurkan, adalah segala perbuatan kezaliman (perbuatan keburukan). Jika ada yang harus Kau agungkan/besarkan/tinggikan, adalah Nabi Tuhan (Nabi Muhammad SAW). Jika meninggal, meninggal-lah dengan mati syahid atau meninggal dengan kebaikan, agar kelak masuk surga.
7. Sajadah Panjang Karya Taufiq Ismail
SAJADAH PANJANG
–
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
–
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi
–
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
–
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.
Arti Puisi Sajadah Panjang Karya Taufiq Ismail : Sajadah adalah kain yang digunakan sebagai alas dalam Sholat. Sajadah mencerminkan tentang sholat. Ibadah Solat harus dikerjakan dari sejak lahir sampai meninggal. Dalam sajadah ini, hamba tunduk dan sujud (sholat), meskipun ada interupsi (gangguan) pikiran duniawi. Mencari rezeki atau mencari ilmu, namun ketika terdengar suara adzan, Hamba kembali Sholat. Dalam sajadah yang terbentang ini, Hamba beridah sholat, rukuk dan sujud, mengingat Allah SWT sepenuhnya.
8. Kembalikan Indonesia Padaku Karya Taufiq Ismail (1971)
KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU
–
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
–
Kembalikan Indonesia padaku
–
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
–
Kembalikan Indonesia padaku
–
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Kembalikan Indonesia padaku
Arti Puisi Kembalikan Indonesia Padaku Karya Taufiq Ismail : Masa depan Indonesia adalah 200 juta penduduk Indonesia yang kelaparan. Masa depan Indonesia sepertinya akan kekurangan energi, banyak listrik mati-hidup bergantian. Masa depan indonesia seperti pertandingan bola pimpong, yang tidak bisa diprediksi arahnya kemana. Masa depan Indonesia adalah pulu jawa yang Terjatuh akibat populasi 100 juta penduduknya (200 juta populasi Indonesia, setengahnya berada di pulau jawa). Masa depan Indonesia adalah semakin banyak penguasa yang membuat carut marut Indonesia dari siang hingga malam. Masa depan Indonesia adalah dikuasai oleh Orang luar negeri. Yang membuat pulau jawa (pusat Indonesia) mengalami keterpurukan. kembalikan Indonesia Padaku.
9. Bagaimana Kalau Karya Taufiq Ismail (1966)
BAGAIMANA KALAU
–
Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam,
tapi buah alpukat,
Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat,
Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah,
dan kepada Koes Plus kita beri mandat,
Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi,
dan ibukota Indonesia Monaco,
Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas,
salju turun di Gunung Sahari,
Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin
dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop,
Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia
dibayar dengan pementasan Rendra,
Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi,
dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan,
Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya sehingga di
kamar tidur kau dengar deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki
pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi sera suara-suara
percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan
margasatwa Afrika,
Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil
mempertimbangkan protes itu,
Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita
pelihara ternak sebagai pengganti
Bagaimana kalau sampai waktunya
kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi.
Arti Puisi Bagaima Kalau karya Taufiq ismail : Secara garis besar puisi ini bermakna, bagaimana jika sesuatu terjadi tidak semestinya atau bagaimana jika sesuatu terjadi kebalikannya. Puisi ini terbit pada tahun 1966, dimana pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh presiden Soeharto dimulai. Poin penting dalam puisi ini adalah Bagaimana jika keadaan dibalik, “Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu,”. Sedangkan Kita tahu, pada zaman orde baru, rakyat tidak diizinkan protes kepada pemerintahan. Bagaimana kalau waktunya tiba, rakyat tidak diizinkan bertanya, tidak diizinkan bersuara, kepada pemerintahan saat itu?
10. Puisi Tentang Sersan Nurcholis Karya Taufiq Ismail
TENTANG SERSAN NURCHOLIS
–
Seorang Sersan
Kakinya hilang
Sepuluh tahun yang lalu
–
Setiap siang
Terdengan siulnya
Di bengkel arloji
–
Sekali datang
Teman-temannya
Sudah orang resmi
–
Dengan senyum ditolaknya
Kartu anggota
Bekas pejuang
–
Sersan Nurcholis
Kakinya hilang
Di jaman Revolusi
–
Setiap siang
Terdengan siulnya
Di bengkel aroloji
Arti Puisi Tentang Sersan Nurcholis Karya Taufiq Ismail : Puisi ini menceritkan tentang mantan seorang pejuang berpangkat sersan bernama Nurholis. Sersan Nurcholis kehilangan kakinya saat Dirinya berperang di masa lalu. Kini Sersan nurcholis bekerja di bengkel arloji. Suatu hari temannya datang, mereka sudah diangkat sebagai pejuang yang resmi, Mereka menawarkan Nurcholos untuk jadi seperti Mereka, Namun Nurcholis menolaknya. Karena Nurcholis berjuang dengan rela dan ikhlas untuk negeri ini.