10 Kumpulan Puisi Terbaik Karya Sapardi Djoko Damono Beserta Arti Maknanya

erwinpratama.com – Mungkin Kamu pernah dengar nama Sapardi Djoko Damono sebelumnya, entah itu di buku mata pelajaran sekolah bahasa Indonesia ataupun pernah mendengar nama beliau di Internet. Sebenarnya Sapardi Djoko Damono adalah salah satu pujangga terkemuka yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

sapardi djoko damono

Biografi Sapardi Djoko Damono
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Kora Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, pada tanggal 20 maret 1940, dari pasangan suami istri Sadyoko dan Saparian.
Sapardi Djoko Damono atau yang akrab dipanggil SDD (singkatan dari namanya) merupakan penyair populer Indonesia dengan predikat sebagai seorang sastrawan di angkatan 1970an.
Karya puisi dari Sapardi Djoko Damono banyak mengandung unsur sederhana namun penuh dengan makna kehidupan, jadi tak mengherankan jika karya puisi beliau dikagumi khalayak umum maupun dikalangan sastrawan sekalipun.

Pendidikan Sapardi Djoko Damono

  • Sekolah SD di Kesatryan Keraton Surakarta.
  • Sekolah SMP di Negeri 2 Surakarta (lulus 1955)
  • Sekolah SMA di Negeri 2 Surakarta (lulus 1958).
  • kuliah di bidang Bahasa Inggris Jurusan Sastra Barat,
  • Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
  • Kuliah di University of Hawaii, Honolulu,
  • Mengambil program doktor di Fakultas Sastra UI (lulus 1989)

Penghargaan Sapardi Djoko Damono

  1. Cultural Award (Australia, 1978),
  2. Anugerah Puisi Putra (Malaysia, 1983),
  3. SEA Write Award (Thailand, 1986),
  4. Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990),
  5. Kalyana Kretya dari Menristek RI (1996),
  6. Achmad Bakrie Award (Indonesia, 2003),
  7. ASEAN Book Award (2018).

Kehidupan pribadi Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono menikahi wanita yang bernama Wardiningsih, yang mana di pernikahan tersebut pasangan ini mendapatkan 2 orang anak, putra dan putri.

Sapardi Djoko Damono mengalami penurunan fungsi organ sehingga Beliau dibawa ke rumah sakit Tangerang Selatan. Sapardi Djoko Damono pun dinyatakan meninggal di rumah sakit Eka BSD, Tangarang Selatan, pada pukul 09.17, pada tanggal 19 juli 2020. beliau menutup umur pada umur 80 tahun dan meninggalkan sejumlah karya-karya puisi hebat. Erwin Pratama berhasil mengumpulkan kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang terbaik.

puisi sapardi djoko damono

Kumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko Damono

1. Puisi Pada Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djoko Damono

PADA SUATU HARI NANTI

Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,

Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.

Makna Puisi Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djoko Damono : Puisi ini pada dasarnya adalah sebuah harapan dari Penyair (Sapardi Djoko Damono). Jika suatu hari nanti penyair (Sapardi Djoko Damon) sudah meninggal, Penyair ingin menemani para pembacanya dengan bait-bait puisinya. Umur manusia memang terbatas, namun karya-karya puisi dari Sapardi Djoko Damono akan terus abadi dan dikenang selamanya.

2. Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono

AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Makna Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono : Penyair (Sapardi Djoko Damono) ingin mencintai wanita pujaannya dengan sederhana. Mencintai seseorang bukan hanya sekedar dari kata-kata maupun ucapan. Melainkan mencitai seseorang dengan perbuatan yang tulus dan ikhlas. Kata-kata manis cinta hanyalah omong kosong jika dibandingkan dengan perbuatan yang nyata demin orang orang yang Kita cintai.

3. Puisi Dalam Doaku Karya Sapardi Djoko Damono

DALAM DOAKU

Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang diatas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku

Aku mencintaimu,
itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu

Makna Puisi Dalam Doaku Karya Sapardi Djoko Damono : Penyair (Sapardi Djoko Damono) senantiasa berdoa dan beribadah kepada Tuhan dari subuh, siang (dhuhur), sore (asar), maghrib, dan malam (isya). Penyair menganggap Tuhan sebagai cahaya yang menerangi hamba-hambanya. Tuhan yang dapat mendengar keluh kesah hamba-hambanya. Tuhan yang sesuatu dapat menyejukkan hati hamba-hambanya. Tuhan yang selalu dekat di hati hamba-hambanya yang mau beriman. Terakhir, Penyair berdoa dari subuh, dhuhur, asar, maghrib, isya, untuk keselamatan orang yang dicintainya.

4. Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono

HUJAN BULAN JUNI

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Makna Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono : Secara garis besar, puisi ini mengisahkan kesabaran dan ketabahan tentang rasa cinta kepada seseorang yang dicintai. Kata “hujan” disini diartikan sebagai “perasaan cinta” atau “perasaan rindu”. Sedangkan kata “pohon bunga” diartikan sebagai ” seorang kekasih.
Musim kemarau biasanya terjadi di bulan juni, sehingga sudah pasti tidak akan ada hujan di bulan juni. Jika seumpama ada hujan di bulan Juni, maka hujan tersebut sudah pasti akan dirindukan oleh pohon dan bunga.
Penyair (Sapardi Djoko Damono) dengan tabah merahasiakan kerinduannya kepada kekashihnya. Dengan bijak, Penyair berusaha menghapus perasaan cintanya karena perasaan ragu-ragu yang diakibatkan oleh perbedaan (bisa prinsip maupun agama). Akhirnya penyair memutuskan untuk diam tidak mengungkapkan perasaannya tersebut.

5. Puisi Yang Fana Adalah Waktu Karya Sapardi Djoko Damono

YANG FANA ADALAH WAKTU

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
Memungut detik demi detik,
Merangkainya seperti bunga
Sampai pada suatu hari
Kita lupa untuk apa

‘Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?’ tanyamu.
Kita abadi

Makna Puisi Yang Fana Adalah Waktu Karya Sapardi Djoko Damono : Kita mengaggap bahwa waktu hidup Kita abadi. Atau Kita menggap kalau Kita akan hidup selamanya. Namun itu salah. Waktu Kita habiskan untuk mengerjakan sesuatu yang tidak berguna, hingga akhirnya Kita sadar jika Kita melakukan sesuatu yang tidak berguna tersebut untuk apa? Yang ada hanyalah kerugian karena membuang-buang waktu. Ingat, Waktu hidup Kita di dunia ini hanyalah sementara, jadi manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk sesuatu yang bermanfaat.

6. Puisi Selamat Pagi indonesia Karya Sapardi Djoko Damono

SELAMAT PAGI INDONESIA

selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk
dan menyanyi kecil buatmu.
aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja yang sederhana;
bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan
tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
selalu kujumpai kau di bawah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;
kami telah bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu.
pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar tak sia-sia kau melahirkanku.
seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam
padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
aku pun pergi bekerja, menaklukkan kejemuan,
merubahkan kesangsian,
dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng
kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman
yang megah,
biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perempuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.
selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil
memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar: aku tak lain milikmu

Makna Puisi Selamat Pagi indonesia Karya Sapardi Djoko Damono : Secara keseluruhan, puisi ini menceritakan tentang pengabdian kepada Indonesia, dengan cara bekerja (orang dewasa) atau dengan cara bersekolah (anak-anak). Di suatu pagi, saat burung berkicau. Aku (penyair) bersiap mengenakan sepatu untuk berangkat kerja. Seperti rutinitas di pagi hari, ada para lelaki yang sedang bekerja, ibu-ibu memasak, dan anak-anak berangkat sekolah, itu bukti karena Mereka mencintai Indonesia. Suatu hari jika ada waktu luang Akau akang mengerjakan sesuatu agar Ibu pertiwi tidak sia-sia melahirkanku. Memang terasa benar, Aku tak lain adalah milik Indonesia.

7.Puisi Perahu Kertas Karya Karya Sapardi Djoko Damono

PERAHU KERTAS

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas
dan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang,
dan perahumu bergoyang menuju lautan.

“Ia akan singgah di Bandar-bandar besar,” kata seorang
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
berbagai gambar warna-warni di kepala. Sejak itu
kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah
Banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit”

Makna Puisi Perahu Kertas Karya Karya Sapardi Djoko Damono : Secara garis besar puisi ini melambangkan keimanan seseorang dari kecil hingga dewasa, yang tulus dan ikhlas dalam beribadah kepada Tuhan. Walaupun Kita akan digoda dan dihanyutkan oleh gemerlap dunia yang berwarna-warni, namun jika Kita memiliki keimanan yang teguh, hal itu tidak masalah, karena keimanan/agama akan menyelamatkan Kita kemanapun Kita pergi di dunia ini. Selain itu di puisi ini juga menggambarkan cerita Nabi Nuh tentang membuat kapal raksasa untuk menyelamatkan umatnya dari banjir besar.

8. Puisi Menatap Merah Putih Karya Sapardi Djoko Damono

MENATAP MERAH PUTIH

Menatap merah putih
Melambai dan menari-nari di angkasa
Kibarannya telah banyak menelan korban
nyawa dan harta benda
Berkibarnya merah putih
Yang menjulang tinggi di angkasa
Selalu teriring senandung lagu Indonesia Raya dan tetesan air matanote

Dulu, ketika masa perjuangan pergerakan kemerdekaan
Untuk mengibarkan merah putih harus diawali dengan pertumpahan darah
Pejuang yang tak pernah merasa lelah
untuk berteriak : Merdeka!

Menatap merah putih
Adalah perlawanan melawan angkara murka
Membinasakan penindas dari negeri tercinta Indonesia
Menatap merah putih
Adalah bergolaknya darah demi membela kebenaran dan azasi manusia
Menumpas segala penjajahan di atas bumi pertiwi

Menatap merah putih
Adalah kebebasan yang musti dijaga dan dibela
Kinarannya di angkasa raya
Berkibarlah terus merah putihku dalam kemenangan dan kedamaian

Makna Puisi Menatap Merah Putih Karya Sapardi Djoko Damono : Menatap bendera Indonesia yang berwarna merah putih, yang berkibar di atas (tiang). Dahulu kala, untuk bisa mengibarkan bendera merah putih (kemerdekaan), memerlukan banyak nyawa pejuang dan harta benda. Sekarang indonesia telah merdeka, Dalam kegiatan upacara nasional, bendera Indonesia selalu dikibarkan sambil menyanyikan lagu Indonesia raya. Menatap bendera merah putih adalah simbol hormat dari para pejuang yang telah memerdekaan Indonesia dari penjajah yang keji. Indonesia tanah air ini harus selalu dijaga dan dibela agar bendera mereah putih dapat terus berkibar.

9. Puisi Saja Kecil Tentang Cinta Karya Sapardi Djoko Damono

SAJAK KECIL TENTANG CINTA

Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintai-Mu harus menjelma aku

MaknaPuisi Saja Kecil Tentang Cinta Karya Sapardi Djoko Damono : Puisi ini menggambarkan jika Kita mencintai sesuatu, maka Kita harus menjadi bagian dari sesuatu yang dicintai. Atau jika Kita mencintai sesuatu Kita harus mengetahui dan menghadapi segala resiko atau keadaan. Contohnya adalah Jika Kita mencintai gunung, maka kita harus mengatasi bagian yang terjal dari gunung tersebut. Jika Kita mencintai cakrawala, maka Kita harus berani menerjang jarak yang akan dilalui. Dan terakhir, Jika Kita mencintai seseorang, maka Kita harus menjadi diri sendiri. Kita harus mengenali Diri sendiri sebelum mengenali orang lain.

10. Puisi Sajak Tafsir Karya Sapardi Djoko Damono

SAJAK TAFSIR

Kau bilang aku burung?
Jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang, dan batu.
Aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin.
Aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah,
tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku
ke dalam bahasa abu.
Tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam.
Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu.
Tolong ciptakan makna bagiku,
apa saja — aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba.

Makna Puisi Sajak Tafsir Karya Sapardi Djoko Damono : Secara total puisi ini menceritakan tentang penyair yang ajalnya sudah dekat. Daun terakhir yang mencoba bertahan di ranting memiliki makna sebagai ajal yang sudah dekat, mencoba bertahan hidup dari kematian yang akan datang.
Kamu bilang Aku (penyair) sebebas burung yang masih dapat pergi kemana saja? Jangan berdusta, Aku bersaksi kepada apapun, kalau ajalku semakin dekat, Aku mencoba bertahan di walau sudah diujung tanduk, Aku benci yang mempercepat kematianku (penyakit). Aku tidak suka membayangkan kalau diriku adalah orang hebat, namun kenyataannya masa depanku adalah di tanah (kuburan). Tolong mengertilah jika ajakku akan dekat. Yang Aku inginkan (hasrat), adalah untuk bisa lebih lama bersamamu, dan Aku ingin menyaksikanmu bahagia sampai kematianku kan tiba.